Rabu, 23 Mei 2018

Melangitkan Doa Dalam Setiap Hembusan Nafas (2)

Berita kehamilan pertama menjadi kabar yang menggembirakan bagi keluarga kami, karena aku dan suami adalah anak pertama maka kehadiran cucu pertama menjadi kebahagiaan yang luar biasa. Mertuaku tinggal di Bandung sedangkan orangtuaku di cikampek, kami menjalani semuanya berdua di kota kecil Pelabuhanratu. Suamiku menjadi lebih memanjakan, pekerjaanku di sekolah juga dia turun tangan bahkan tak segan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga aku menjadi ibu hamil yang manja.  

Trimester pertama penyesuaian dengan kehadiran janin dalam rahimku membuat banyak keluhan, mual, pusing apalagi di pagi hari, tiba-tiba mata berkunang-kunang dan jatuh pingsan. Hal ini yang sering membuat suamiku khawatir dan menjadi over protectif, aku merasa bersyukur memiliki suami yang penuh perhatian dan  kasih sayang.

Doa tak lepas kami panjatkan untuk calon bayi kami, alunan Al Quran selalu aku bacakan sambil mengusap perut yang semakin membesar. Surat Yusuf yang paling sering kubaca, karena hasil USG dokter menyatakan bayiku berjenis kelamin laki-laki. Sampai usia kehamilan 9 bulan lebih 2 minggu, badanku semakin berat dan aktiftas gerak menjadi terbatas, dikarenakan bobot tubuhku naik hingga 20 kilogram. (hihi... efek banyak makan dan terlalu dimanjakan kali ya...?).

Kedua orangtua kami sudah sibuk mempersiapkan kelahiran cucu pertamanya, ada amalan doa yang harus selalu aku baca setiap habis sholat, bahkan mama sengaja minta air zamzam ke temannya yang pulang haji atau umroh untuk diminum dengan harapan bayiku lahir sehat dan menjadi anak sholeh. 

Namun hingga kehamilanku sampai pada hitungan 10 bulan belum juga ada tanda tanda melahirkan, hingga akhirnya pada konsultasi dokter yang terakhir itu aku dinyatakan harus segera melakukan operasi karena kondisi air ketuban sudah menghijau, hal ini akan membahayakan dan meracuni bayi dan ukuran pinggulku juga sempit diprediksi tidak dapat melahirkan normal  karena dari hasil USG bayi kami berukuran besar sehingga cukup beresiko. 

Aku dan suami meyampaikan hal ini kepada kedua orangtua, waktu itu melahirkan dengan cara operasi masih dianggap hal yang mengerikan dan dilakukan sebagai jalan terakhir, jd mereka masih berharap aku bisa melahirkan secara normal. 
Dokter lebih faham akan kondisi yang terjadi pada pasiennya, akhirnya kami harus pasrah atas semua ketetapan Nya. Saat sakit dan mulas mulai terasa, aku dilarikan ke sebuah rumahsakit umum di kota karawang, selama cuti aku lebih memilih berada di rumah orangtuaku. 

Beberapa jam berada di ruang observasi, rasa mulas semakin menjadi-jadi hingga air ketuban pecah namun proses pembukaan  jalan lahir belum juga lengkap. Kami sudah pasrah dan ikhlas saat dokter menyerahkan surat izin melakukan tindakan operasi, aku melihat ketegaran suamiku saat kertas itu dipegangnya dan ditandatangani. "InsyaaAllah ini jalan yang terbaik, ibu harus kuat ya demi anak kita", bisiknya, aku hanya mengangguk tanda setuju.

Do'a tak lepas dipanjatkan oleh kedua orangtua kami, mereka menghampiriku dan memberikan semangat sebelum aku masuk ruang operasi.  Bismillahirohmanirrohiiim... suara isak tangis mereka semakin sayup aku dengar, sampai aku menyadari sudah berada di ruang operasi. Tubuhku semakin lemah saat asisten dokter menyuntikkan obat bius total hingga akupun tak sadarkan diri.

Saat kubuka mata yang terasa masih berat, nampak suamiku tersenyum disampingku, kuraba perutku, "Gimana anak kita sehat? laki-laki atau perempuan?" tanyaku lemah, "Alhamdulillah sehat, bayinya laki-laki beratnya 3975 gram, pantas aja susah keluarnya" jawab suamiku sambil tersenyum.
Lega rasanya, sakit pasca  operasi terbayarkan oleh kenyataan bayiku sudah lahir dengan selamat dan kondisinya sehat, lahir pada hari rabu, tanggal 18 Desember 1996 pukul 10.15.

Pasca operasi kondisiku ternyata drop, yang aku ingat pandanganku jadi pudar, suara suami dan orangtuaku seperti jauh  entah dimana... terdengar suara perawat dan dokter menyiapkan alat-alat yang dipasangkan ke tubuhku. Kucoba membuka mata, aku merasa seperti di atas awan, samar-samar kudengar suara mama membacakan ayat suci Al Quran, "Ibu bangun, ibu harus kuat, anak kita membutuhkan ibu", kudengar bisikan suara suamiku...
Aku merasa berjalan di atas awan, kucari dimana bayiku... semua yang kulihat nampak putih...
(Bersambung)


وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِي
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (Al-Ahqaaf, {46}: 15)


#30DWC #30DWCJilid13 #Squad8 #Day8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKHLAS PADA SEMUA KETETAPAN

Dunia ini adalah panggung sandiwara, semua berada dalam ketetapan dan diatur oleh sutradara Yang Maha mengatur seluruh alam dan isinya.  Man...