Kepahitan harus kureguk tanpa berharap menerima madu yang akan mengurangi rasa pahit, Apakah aku menikmatinya dan ikhlas menjalaninya?
Bahagiapun adalah bagian dari ujian, apakah akan senantiasa bersyukur? Seberapa besar bahagia ditentukan oleh seberapa besar aku bersyukur...
Kekuatan do'a adalah kuncinya.
Perjalanan hidup pastinya tidak selalu mulus, berbagai bentuk ujian hidup harus dihadapi untuk menguji seberapa besar iman seorang hamba, Allah Ta'ala akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai musibah, dengan berbagai hal yang membahagiakan atau yang tidak mereka sukai. Begitu juga dengan perjalanan hidupku, suka duka terlewati dalam banyak hikmah yang dapat dipetik hingga membuatku banyak belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pembelajaran yang mengarahkanku untuk belajar ilmu ikhlas dan senantiasa bersyukur...
Allah menciptakan makhluk-Nya dengan diberikan ujian ataupun musibah pada manusia untuk menguji tingkat keimanannya. Jika diberikan kebahagiaan, apakah bersyukur? jika bersedih, apakah bersabar?
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapapun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka akan menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Keluargaku adalah syurgaku... kehidupan kami banyak dilimpahi kebahagiaan walau dalam kesederhanaan, aku dan suami berprofesi sebagai guru. Akhir tahun 1995 kami memulai semuanya dari sebuah kota kecil Palabuhanratu. Dari sebuah rumah kontrakan sederhana setengah tembok dan bilik bambu, yang uang sewa kontrakannya terjangkau oleh gaji pegawai negeri golongan IIc.
Setahun berikutnya, kebahagiaan kami dilengkapi dengan hadirnya putra pertama Muhammad Iqbal Aditya Putra, yang lahir sehat dan tumbuh menjadi anak kesayangan keluarga. Aku dan suami adalah anak pertama sehingga kedatangan cucu pertama menjadi hal baru buat keluarga besar kami. Sebagai cucu pertama dia mendapatkan limpahan kasih sayang yang sangat besar dan menjadi kesayangan kakek neneknya.
Setahun berikutnya, kebahagiaan kami dilengkapi dengan hadirnya putra pertama Muhammad Iqbal Aditya Putra, yang lahir sehat dan tumbuh menjadi anak kesayangan keluarga. Aku dan suami adalah anak pertama sehingga kedatangan cucu pertama menjadi hal baru buat keluarga besar kami. Sebagai cucu pertama dia mendapatkan limpahan kasih sayang yang sangat besar dan menjadi kesayangan kakek neneknya.
3 tahun berlalu, putra kami tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sehat, di usianya yang masih muda sudah bersekolah di taman kanak kanak. Keinginannya untuk segera sekolah sepertinya menurun dari aku, cerita mama ketika usiaku 3 tahun akupun selalu menangis ingin sekolah setiap lewat taman kanak kanak. Alhamdulillah putra kamipun terlihat sangat menikmati masa-masa awal sekolahnya dan tumbuh menjadi anak yang lincah. Sepeda motor GL max menjadi saksi kebahagiaan kami, satu-satunya kendaraan yang selalu mengantarkan aku dan suami mengabdikan diri sebagai guru dan kendaraan kebanggaan putra kami yang setia mengantarnya sekolah.
Sebenarnya statusku waktu itu masih menjalankan tugas ikatan dinas di sebuah sekolah swasta di kota Bengkulu, karena kebaikan Ketua Yayasan dan Kepala Sekolah disana sehingga aku bisa melaksanakan tugas di sekolah suamiku sambil proses mutasi, waktu itu pemerintahan sedang mempersiapkan otonomi daerah sehingga proses mutasi menjadi agak terhambat. Proses mutasi lintas provinsi, dari kantor Dinas pendidikan Provinsi Kota Bengkulu ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, harus melalui rekomendasi dari Dinas Pendidikan Nasional di Jakarta.
Perjalanan aku dan suami turun naik bis umum, tanpa lelah kami jalani berdua. Berbekal kesabaran, do'a dan usaha kami yang tak pernah putus, akhirnya tahun 1999 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menurunkan surat keputusan mutasi sehingga secara resmi aku sudah beralih tugas dari Bengkulu ke Pelabuhanratu dengan alasan turut suami. Walaupun harus ke kota yang lebih kecil dari kota bengkulu, tujuan untuk berkumpul dengan keluarga sekaligus dapat melaksanakan tugas serta mengabdi sepenuhnya sebagai istri dan seorang ibu akhirnya dapat terlaksana.
Perjalanan aku dan suami turun naik bis umum, tanpa lelah kami jalani berdua. Berbekal kesabaran, do'a dan usaha kami yang tak pernah putus, akhirnya tahun 1999 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menurunkan surat keputusan mutasi sehingga secara resmi aku sudah beralih tugas dari Bengkulu ke Pelabuhanratu dengan alasan turut suami. Walaupun harus ke kota yang lebih kecil dari kota bengkulu, tujuan untuk berkumpul dengan keluarga sekaligus dapat melaksanakan tugas serta mengabdi sepenuhnya sebagai istri dan seorang ibu akhirnya dapat terlaksana.
Saat putra pertamaku berusia 4 tahun, kebahagiaan kami bertambah dengan kehamilan ke-dua ku. Kami semua berharap anak ke-dua berjenis kelamin perempuan, mengingat proses melahirkan putra pertama termasuk beresiko sehingga harus melalui operasi caesar dan pasca caesar aku sempat mengalami koma. Dokter menyatakan demi kesehatanku dan keselamatan ibu/bayi kesempatanku melahirkan hanya dua kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib)
Bagaimana perjuanganku saat proses melahirkan lewat operasi caesar??
Nantikan di tulisanku berikutnya...
#30DWC #30DWCJilid13 #Squad8 #Day7 #Otobiografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar