Sesungguhnya menjadi saksi atas sebuah proses menuju kematian adalah sebuah pelajaran berharga dalam hidupku...
Melihat perjuangan menghadapi nikmat sakit sebagai penggugur dosa, ujian sabar dan ikhlas di penghujung usia hingga dahsyatnya sakaratul maut diperlihatkan di depan mata.
Tak ada daya dan upaya yang dapat dilakukan selain berprasrah diri atas semua ketentuanNya...
Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya”[2].
Saat tiba waktunya tiada satupun kita yang tahu, walau sebenarnya pertanda itu nyata adanya. Semua dalam ketetapanNya, jiwa akan kembali pada Sang Pencipta.
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. [Qaaf: 19]
Dahsyatnya sakaratul maut tak dapat kita berlari darinya, lalu bekal apakah yang akan kubawa untuk kembali menghadap Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar