Seperti halnya anak gadisku, aku satu-satunya anak perempuan di keluarga. Aku terlahir sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Tiga adikku semuanya laki-laki. Perbedaan aku dengan anak gadisku adalah tentang kemandirian. Sebagai anak pertama, aku dididik disiplin dan memiliki tanggungjawab yang besar terhadap ketiga adikku. Kedua orangtuaku tidak pernah membeda-bedakan anak perempuan dengan anak laki-laki. Anak perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama, harus mandiri dan memiliki pendidikan setingi-tingginya. Walaupun yang aku rasakan, mereka lebih overprotective dibandingkan terhadap adik-adikku.
Aku sering merasa malu sama teman-teman, waktu kerja kelompok harus diantar jemput. Pulang sekolah harus langsung pulang ke rumah, kalau terlambat pulang pasti dicari. Sampai aku tidak pernah diijinkan ikut camping dengan teman-teman sekelas waktu acara perpisahan. Suka sedih rasanya, gakbisa menikmati masa remaja seperti anak-anak lainnya. Hingga waktu SMP aku coba-coba bolos sekolah dan kabur di jam pelajaran untuk sekedar main. Akibatnya papa marah besar dan mama menangis. Aku merasa sedih dan tertekan, semua serba gak boleh. aku coba berontak, melawan semua aturan yang diterapkan. Tapi hasilnya hanya membuat kedua orangtuaku kecewa dan sedih.
Sejalan dengan bertambahnya usia, aku semakin menyadari kalau sebenarnya orangtuaku sangat sayang hingga terlalu mengkhawatirkan aku. Saat duduk di bangku SMA aku lebih fokus belajar dan mengatur diri sendiri untuk disiplin dan mengikuti semua aturan di rumah. Alhamdulillah prestasiku semakin membaik, hingga akhirnya aku diterima di Perguruan Tinggi Negeri di kota Bandung.
Saat itulah kemandirianku mulai terbentuk, pola pendidikan papa yang disiplin, serius dan fokus sangat mempengaruhi pola hidupku. Alhamdulillah sebagai anak perempuan, aku merasa bisa menjadi kebanggaan orangtua. "Coba contoh teteh", kata-kata itu selalu kuingat, saat papa menasihati adikku. Padahal tidak banyak yang kulakukan, hanya mengikuti semua nasihat dan keinginan orangtua, berusaha membahagiakan mereka selama aku mampu menjalaninya.
Menikah adalah momen yang mengharukan, dimana aku harus dilepas dari kedua orangtua. Setelah menikah, tanggungjawab orangtua berpindah pada suami. Walau itu hanya teori belaka, nyatanya mereka masih selalu terbuka membantu kesulitan kami. Dari membantu masalah ekonomi hingga membantu mengasuh cucunya. Rasa sayangnya pada kami tidak pernah luntur sampai kapanpun. Hingga aku melanjutkan pendidikan sampai S2, mereka selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Semangatku melanjutkan kuliah tertanam karena mereka selalu memberikan motivasi. "Perempuan juga harus mandiri dan memiliki pendidikan yang tinggi", nasihat papa telah mempengaruhi mindsetku. "Tapi tidak melupakan kodrat sebagai perempuan, mendidik anak-anak dan hormat pada suami, karena syurga seorang perempuan ada pada suaminya", nasihat mama melengkapi pembicaraan papa.
Banyak nasihat yang papa mama ajarkan, hingga membentuk pribadi aku seperti sekarang. Semua yang kulakukan semata-mata hanya ibadah dan mencari Ridho Illahi. Mudah-mudah semua yang papa mama tanamkan menjadi ladang ibadah dan menempatkan mereka di tempat yang paling mulia di sisi ALLAH SWT. Aaamiiiin Ya Robbal Alamiiin...
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan meski kita mengetahui bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, namun Islam tidak pernah menyatakan bahwa derajat perempuan dibawah laki-laki.
ALLAH SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 35 yang artinya :
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
ALLAH SWT menyatakan bahwa dalam pandangan Islam, kedudukan wanita sama saja dengan kedudukan laki-laki dalam hal ibadah dan iman yang dimilikinya. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai derajat keimanan dan keislaman yang tertinggi. .
#30dwcjilid14
#squad9
#Day15